Kolaborasi Food Photography Dengan Miniatur Figur Skala 1:87
Salah satu sub genre yang diminati fotografer saat ini adalah fotografi makanan atau food photography. Mengapa dikatakan sub genre? Karena food photography merupakan bagian dari genre still life. Still life fotografi adalah salah satu dari genre fotografi yang menjadikan benda mati dan tidak bergerak sebagai obyek foto. Menjamurnya bisnis kuliner saat ini mampu menjadikan food photography sebagai ladang bisnis untuk mendapatkan penghasilan. Namun untuk menghasilkan suatu karya yang menarik, seorang fotografer harus memiliki skill fotografi yang mumpuni, sehingga makanan yang di foto mampu menggugah selera siapapun yang memandangnya.
Artikel kali ini kita akan membahas kolaborasi food photography dengan miniatur berskala 1:87. Pada dasarnya kolaborasi antara makanan/minuman dan miniatur figur dapat menghasilkan karya fotografi yang menarik. Namun di satu sisi kolaborasi antara keduanya akan membuat berkurangnya fokus penikmat foto ke makanan/minuman dan lebih terfokus ke cerita yang terbangun, nilai plusnya foto tersebut menjadi lebih unik dan menarik. Ada beberapa konsep yang dilakukan untuk memadukan miniatur dengan food photography. Simak penjelasannya dibawah ini.
1. Makanan/minuman dan miniatur figur sebagai obyek utama yang saling berinteraksi satu sama lain, dan foto berfokus pada kegiatan interaksi keduanya.
Biasanya foto yang dihasilkan menggunakan DOF (Depth of Field) yang luas. Sehingga area fokusnya cukup lebar dengan titik POI (Point of Interest) terletak pada kegiatan interaksi antara makanan/minuman dengan miniatur figur tersebut. Umumnya aperture (bukaan diafragma lensa) yang digunakan berada pada range F8 - F22 (tergantung spesifikasi lensa) . Contohnya dapat dilihat seperti dibawah ini.
Foto-foto diatas menggunakan aperture F8 (kecuali foto ketiga) dimana figur dan obyek makanan saling berinteraksi satu sama lain dalam membentuk alur cerita dan kesemuanya berada di area fokus (tajam).
2. Makanan/minuman dan miniatur figur sebagai obyek utama namun tidak saling berinteraksi.
Konsep foto seperti ini bertujuan untuk menonjolkan keduanya, meskipun kedua obyek yakni makanan/minuman dan miniatur figur tidak saling berinteraksi membangun cerita. Titik point of interest tergantung ke penikmat foto sekaligus berusaha mereka-reka jalan cerita dari hasil karya foto tersebut. Depth of field yang sering digunakan luas, agar semua obyek berada di area tajam. Aperture yang digunakan juga berada pada range F8 - F22. Contohnya seperti dibawah ini.
Pada foto diatas terlihat bahwa makanan/minuman serta miniatur figur masing-masing berdiri sendiri dan tidak saling berinteraksi, sehingga penikmat foto dituntut untuk berusaha menebak jalan cerita yang ada.
3. Makanan/minuman sebagai obyek utama fotografi dimana miniatur figur hanya sebagai pelengkap.
Dengan konsep seperti ini, titik fokus obyek lebih ditujukan ke makanan/minuman dan miniatur figur hanya sekedar obyek pelengkap, walaupun tidak menutup kemungkinan area fokus mencakup keseluruhan frame, tergantung kreatifitas dan ide masing-masing. Konsep foto seperti ini tidak terlalu mementingkan cerita yang terbangun dan titik point of interest ditujukan ke makanan/minuman. Contohnya dapat dilihat dibawah ini.
Kedua foto diatas lebih menonjolkan obyek makanan, sehingga pandangan penikmat foto akan ditujukan ke makanan tersebut terlebih dahulu baru melihat miniatur figur dan alur ceritanya. Obyek foto makanan diatas adalah kuliner dan jajanan khas Makassar.
4. Makanan/minuman sebagai obyek pelengkap dimana miniatur figur sebagai obyek utama yang menjadi titik fokus.
Konsep kali ini miniatur figur yang memiliki peran penting dalam karya foto. Titik point of interest langsung mengarah ke miniatur figur sedangkan makanan/minuman menjadi obyek pelengkap. Umumnya aperture yang digunakan untuk konsep ini lebih luas mulai dari bukaan terbesar sampai terkecil tergantung kreatifitas dan ide masing-masing serta kemampuan diafragma lensa yang digunakan. Contohnya dapat dilihat dibawah ini.
Foto-foto diatas memperlihatkan aktifitas miniatur figur yang sekaligus menjadi titik fokus dan titik point of interest. Semua mata akan tertuju ke miniatur figur pada saat pertama kali melihat foto tersebut. Makanan/minuman hanya sebagai pelengkap saja.
5. Makanan/minuman ditampilkan seperlunya saja.
Konsep foto seperti ini menggunakan salah satu dari empat poin yang telah disebutkan diatas, hanya saja makanan/minuman yang ditampilkan seperlunya saja atau tidak utuh dalam satu menu. Makanan yang digunakan sebagai obyek foto bisa utuh atau sepotong-sepotong tergantung ide cerita yang akan dibentuk. Contohnya seperti dibawah ini.
Foto-foto diatas memperlihatkan bahwa fotografer lebih mementingkan alur cerita yang terbentuk dan mengambil obyek makanan sesuai dengan kebutuhan ide saja.
Pembagian poin-poin diatas hanya berdasarkan pengalaman pribadi admin dalam memotret miniatur yang dikolaborasikan dengan food photography. Apabila ada saran atau tambahan silakan di share di kolom komentar agar saling menambah wawasan. Ini juga bisa menjadi ladang bisnis bagi sobat-sobat yang ingin berkecimpung di dunia miniatur fotografi. Sekedar info beberapa foto diatas ada yang merupakan endorse.
Sekian dulu ya artikel mengenai kolaborasi antara food photography dengan miniatur figur skala 1:87. Nantikan artikel menarik lainnya mengenai miniatur dan fotografi di blog ini. Wassalam.
1. Makanan/minuman dan miniatur figur sebagai obyek utama yang saling berinteraksi satu sama lain, dan foto berfokus pada kegiatan interaksi keduanya.
Biasanya foto yang dihasilkan menggunakan DOF (Depth of Field) yang luas. Sehingga area fokusnya cukup lebar dengan titik POI (Point of Interest) terletak pada kegiatan interaksi antara makanan/minuman dengan miniatur figur tersebut. Umumnya aperture (bukaan diafragma lensa) yang digunakan berada pada range F8 - F22 (tergantung spesifikasi lensa) . Contohnya dapat dilihat seperti dibawah ini.
Jalangkote' (Kuliner Khas Makassar)
Pisang Molen + Green Tea
Foto-foto diatas menggunakan aperture F8 (kecuali foto ketiga) dimana figur dan obyek makanan saling berinteraksi satu sama lain dalam membentuk alur cerita dan kesemuanya berada di area fokus (tajam).
2. Makanan/minuman dan miniatur figur sebagai obyek utama namun tidak saling berinteraksi.
Konsep foto seperti ini bertujuan untuk menonjolkan keduanya, meskipun kedua obyek yakni makanan/minuman dan miniatur figur tidak saling berinteraksi membangun cerita. Titik point of interest tergantung ke penikmat foto sekaligus berusaha mereka-reka jalan cerita dari hasil karya foto tersebut. Depth of field yang sering digunakan luas, agar semua obyek berada di area tajam. Aperture yang digunakan juga berada pada range F8 - F22. Contohnya seperti dibawah ini.
3. Makanan/minuman sebagai obyek utama fotografi dimana miniatur figur hanya sebagai pelengkap.
Dengan konsep seperti ini, titik fokus obyek lebih ditujukan ke makanan/minuman dan miniatur figur hanya sekedar obyek pelengkap, walaupun tidak menutup kemungkinan area fokus mencakup keseluruhan frame, tergantung kreatifitas dan ide masing-masing. Konsep foto seperti ini tidak terlalu mementingkan cerita yang terbangun dan titik point of interest ditujukan ke makanan/minuman. Contohnya dapat dilihat dibawah ini.
Sop Saudara + Buras (Kuliner Khas Makassar)
Pisang Epe' (Kuliner Khas Makassar)
Kedua foto diatas lebih menonjolkan obyek makanan, sehingga pandangan penikmat foto akan ditujukan ke makanan tersebut terlebih dahulu baru melihat miniatur figur dan alur ceritanya. Obyek foto makanan diatas adalah kuliner dan jajanan khas Makassar.
4. Makanan/minuman sebagai obyek pelengkap dimana miniatur figur sebagai obyek utama yang menjadi titik fokus.
Konsep kali ini miniatur figur yang memiliki peran penting dalam karya foto. Titik point of interest langsung mengarah ke miniatur figur sedangkan makanan/minuman menjadi obyek pelengkap. Umumnya aperture yang digunakan untuk konsep ini lebih luas mulai dari bukaan terbesar sampai terkecil tergantung kreatifitas dan ide masing-masing serta kemampuan diafragma lensa yang digunakan. Contohnya dapat dilihat dibawah ini.
Roti Isi Daging + Kentang Goreng
Bakara' (Sukun Goreng)
Roti Pizza
Foto-foto diatas memperlihatkan aktifitas miniatur figur yang sekaligus menjadi titik fokus dan titik point of interest. Semua mata akan tertuju ke miniatur figur pada saat pertama kali melihat foto tersebut. Makanan/minuman hanya sebagai pelengkap saja.
5. Makanan/minuman ditampilkan seperlunya saja.
Konsep foto seperti ini menggunakan salah satu dari empat poin yang telah disebutkan diatas, hanya saja makanan/minuman yang ditampilkan seperlunya saja atau tidak utuh dalam satu menu. Makanan yang digunakan sebagai obyek foto bisa utuh atau sepotong-sepotong tergantung ide cerita yang akan dibentuk. Contohnya seperti dibawah ini.
Kue Pukis
Pisang Ijo (Kuliner Khas Makassar)
Cendol
Mi Goreng Telur
Donat, Roti, Kue Mentega
Pallubutung (Kuliner Khas Makassar)
Pisang Goreng
Foto-foto diatas memperlihatkan bahwa fotografer lebih mementingkan alur cerita yang terbentuk dan mengambil obyek makanan sesuai dengan kebutuhan ide saja.
Pembagian poin-poin diatas hanya berdasarkan pengalaman pribadi admin dalam memotret miniatur yang dikolaborasikan dengan food photography. Apabila ada saran atau tambahan silakan di share di kolom komentar agar saling menambah wawasan. Ini juga bisa menjadi ladang bisnis bagi sobat-sobat yang ingin berkecimpung di dunia miniatur fotografi. Sekedar info beberapa foto diatas ada yang merupakan endorse.
Sekian dulu ya artikel mengenai kolaborasi antara food photography dengan miniatur figur skala 1:87. Nantikan artikel menarik lainnya mengenai miniatur dan fotografi di blog ini. Wassalam.
0 Response to "Kolaborasi Food Photography Dengan Miniatur Figur Skala 1:87"
Post a Comment